Berhasil meraih impian bukan
berarti kita sudah mencapai puncak dari tujuan kita dan akan bahagia seterusnya.
Fase selanjutnya yang harus kita hadapi setelah impian terwujud adalah
menjalani impian itu dan menghadapi semua lika-likunya. Karena hidup tidak
selalu berjalan mulus, akan selalu ada rintangan-rintangan baru yang menanti di
depan yang terkadang membuat pikiran menjadi penat. Kita jadi mudah terbawa
emosi dan rutinitas akan terasa melelahkan. Kondisi seperti ini disebut kurang
piknik. Ya, kita memang butuh piknik sesekali dan melepaskan diri dari
rutinitas.
Sebuah cerita tentang piknik yang berkesan
terjadi di kota pelajar, Jogja. FYI, aku bukan orang Jogja. Aku hanya mahasiswa
yang sedang kuliah di Jogja saat itu. Asalku sendiri dari Demak. Bicara tentang
impian, bisa diterima di kampusku yang merupakan sekolah tinggi kedinasan
adalah impianku. Merasa senang dan bangga, tentu iya. Tetapi setiap sekolah
tinggi kedinasan pasti punya peraturan yang mengikat dan ketat. Salah satunya
adalah tuntutan nilai yang harus di atas standar. Bila tidak bisa memenuhi,
maka DO akibatnya dan harus ganti rugi kepada Negara.
Jauh dari
orang tua, hidup sendiri di kota orang, harus menjaga nilai agar tidak kena DO,
suasana kos yang kadang bikin penat, masalah percintaan yang bikin galau dan
lain-lainnya, membuatku merasa kurang piknik. Akhirnya hari itu aku putuskan
untuk “berkelana” di kota Jogja. Sabtu, 21 Juni 2014, hari yang cerah untuk
piknik. Tapi kali ini aku tidak mengajak teman-temanku. Aku ingin quality time dengan diriku sendiri, pergi
ke mana aku mau tanpa harus kompromi dengan orang lain.
Aku naik
TransJogja yang waktu itu tarifnya masih Rp3.000. Selain karena aku tidak bawa
motor di kos, juga karena aku tidak paham jalanan Jogja. Tujuan piknikku
terinspirasi dari acara “Jalan-jalan, men!”, yaitu Taman Pintar. Bagi yang
belum tau, Taman Pintar adalah tempat rekreasi sains dan sejarah yang berlokasi
di dekat Malioboro. Saat ke sana, kebanyakan pengunjung adalah murid-murid SD. Tempat
itu sepertinya memang lebih cocok untuk rekreasi anak sekolah sih, daripada
anak kuliahan sepertiku. Apa lagi spesialisasi (jurusan)-ku adalah perpajakan,
yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan sains.
Meski demikian,
bukan berarti aku salah tujuan. Aku memang berniat ke taman sains untuk
mengenang masa lalu. Sebelum kuliah di Jogja aku pernah kuliah di Semarang
mengambil jurusan fisika. Lalu kenapa aku banting setir dan kuliah di
perpajakan yang dasar ilmunya sangat bertolak belakang? Kadang dalam hidup kita
harus memilih, mempertahankan yang kita sukai di masa lalu dan menjadi idealis,
atau bersikap realistis. Seperti halnya cinta, kadang kita harus melepaskan
orang yang amat kita sukai tetapi hanya membuat kita terluka dan membuka hati
untuk yang baru yang bisa lebih membahagiakan kita.
Kembali ke Taman Pintar, ada satu tempat yang menarik perhatianku, yaitu planetarium. Aku langsung membeli tiket dan menikmati tayangan tentang tata surya di planetarium. Aku bersyukur aku bukan orang yang sama sekali asing dengan dunia sains, sehingga aku bisa menikmati tayangan ilmiah tentang astronomi tersebut. Aku sempat terharu melihat tayangan di planetarium. Aku kembali diingatkan bahwa alam raya ini begitu besar dan manusia bukanlah apa-apa melainkan sebuah noktah di antara begitu banyak bintang di jagad ini. Umur manusia tidak akan cukup untuk melakukan perjalanan antar bintang demi menemukan singgasana Tuhan. Belum tentu pula kita akan menemukan-Nya dan bertemu langsung. Tuhan ada di dimensi yang berbeda dengan makhluk, cukup itu saja teori sains yang perlu kita ketahui tentang Tuhan. Bahkan teori relativitas termutakhir pun tak akan pernah dapat menjelaskan dzat Tuhan secara tepat. Pengetahuan manusia terbatas, pengetahuan Tuhan tak terbatas.
Selain masuk ke gedung planetarium, aku juga masuk ke gedung lainnya yang menyajikan pameran berbagai eksperimen sains. Naik ke lantai dua, ruang pameran lebih banyak menyajikan tentang budaya Indonesia serta industri seperti perminyakan dan listrik. Di sana aku berpikir, sebenarnya bangsa Indonesia bisa menjadi hebat bila kita mau lebih berusaha karena kita punya sumber daya alam dan budaya yang kaya.
Lanjut jalan-jalan menyusuri Taman Pintar, aku menemukan bioskop 3D. Sebelumnya aku belum pernah nonton bioskop 3D. Ingin beli tiket, tapi pikir-pikir dengan budget. Maklumlah anak kos. Akhirnya setelah menimbang-nimbang, kuputuskan untuk beli tiket. Uang bisa dicari lagi, tapi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru belum tentu datang dua kali.
Aku menyempatkan masuk ke museum. Di sana ada barang-barang serta foto-foto bersejarah tentang Indonesia mulai dari zaman penjajahan hingga masa kepresidenan SBY. Sungguh bersyukur aku hidup di zaman sekarang saat sudah bebas dari penjajahan –mungkin-. Penjajahan secara fisik iya, tapi secara teknologi?
Kembali ke Taman Pintar, ada satu tempat yang menarik perhatianku, yaitu planetarium. Aku langsung membeli tiket dan menikmati tayangan tentang tata surya di planetarium. Aku bersyukur aku bukan orang yang sama sekali asing dengan dunia sains, sehingga aku bisa menikmati tayangan ilmiah tentang astronomi tersebut. Aku sempat terharu melihat tayangan di planetarium. Aku kembali diingatkan bahwa alam raya ini begitu besar dan manusia bukanlah apa-apa melainkan sebuah noktah di antara begitu banyak bintang di jagad ini. Umur manusia tidak akan cukup untuk melakukan perjalanan antar bintang demi menemukan singgasana Tuhan. Belum tentu pula kita akan menemukan-Nya dan bertemu langsung. Tuhan ada di dimensi yang berbeda dengan makhluk, cukup itu saja teori sains yang perlu kita ketahui tentang Tuhan. Bahkan teori relativitas termutakhir pun tak akan pernah dapat menjelaskan dzat Tuhan secara tepat. Pengetahuan manusia terbatas, pengetahuan Tuhan tak terbatas.
Selain masuk ke gedung planetarium, aku juga masuk ke gedung lainnya yang menyajikan pameran berbagai eksperimen sains. Naik ke lantai dua, ruang pameran lebih banyak menyajikan tentang budaya Indonesia serta industri seperti perminyakan dan listrik. Di sana aku berpikir, sebenarnya bangsa Indonesia bisa menjadi hebat bila kita mau lebih berusaha karena kita punya sumber daya alam dan budaya yang kaya.
Lanjut jalan-jalan menyusuri Taman Pintar, aku menemukan bioskop 3D. Sebelumnya aku belum pernah nonton bioskop 3D. Ingin beli tiket, tapi pikir-pikir dengan budget. Maklumlah anak kos. Akhirnya setelah menimbang-nimbang, kuputuskan untuk beli tiket. Uang bisa dicari lagi, tapi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru belum tentu datang dua kali.
Aku menyempatkan masuk ke museum. Di sana ada barang-barang serta foto-foto bersejarah tentang Indonesia mulai dari zaman penjajahan hingga masa kepresidenan SBY. Sungguh bersyukur aku hidup di zaman sekarang saat sudah bebas dari penjajahan –mungkin-. Penjajahan secara fisik iya, tapi secara teknologi?
Sumber gambar:wisatadejogja.com
Piknik ini tidak hanya menyegarkanku lagi dengan menyelami kembali dunia sains yang begitu aku sukai, tetapi juga membuahkan inspirasi dan memperkaya pengetahuan. Semestinya, piknik tidak hanya bikin senang, tapi juga bikin pintar. Menurutku, orang Indonesia perlu dibiasakan untuk piknik ke tempat yang menyajikan ilmu pengetahuan, tidak cuma berwisata alam. Yang paling penting, jangan mengotori lingkungan dan nikmati piknikmu. Jangan hanya memikirkan selfie. Turn off your camera.
Yang jelas, ke mana pun destinasi pikniknya, asalkan dinikmati tentu dapat menjadi sarana untuk menyegarkan pikiran dan me-recharge semangat sebelum kembali ke rutinitas sehari-hari.
Liburan di Bogor
Kalau tadi adalah cerita tentang piknik saat di Jogja, sekarang bagaimana kalau ada kesempatan ke Bogor? Hmm… Wisata alam sepertinya menarik. Air Terjun Bidadari pasti akan menjadi destinasi wisata alam yang memorable. Keindahan air terjun yang alirannya terlihat seperti bentangan kain yang menjuntai dari puncak hingga ke dasar air terjun begitu memikat. Selain Air Terjun Bidadari, ada satu lagi tujuan wisata yang sejak dulu ingin aku datangi, yaitu Taman Safari di Cisarua. Waktu SD aku pernah ke Taman Safari, tetapi yang berlokasi di Prigen, Pasuruan. Pasti seru kalau bisa menikmati lagi sensasi masuk ke area satwa liar dan melihat mereka dari dekat, hanya berbatas kaca kendaraan.
Liburan selama lebih dari satu hari di Bogor tentu lebih nyaman bila menyewa penginapan daripada tidur di kendaraan. Apalagi jika untuk sampai ke Bogor harus menempuh perjalanan jauh yang melelahkan. Kalau soal penginapan, Hotel Padjadjaran dapat menjadi satu pilihan bila ingin mencari tempat menginap yang nyaman saat piknik ke Kota Bogor. Lastly, enjoy your picnic to the fullest.
Kalau tadi adalah cerita tentang piknik saat di Jogja, sekarang bagaimana kalau ada kesempatan ke Bogor? Hmm… Wisata alam sepertinya menarik. Air Terjun Bidadari pasti akan menjadi destinasi wisata alam yang memorable. Keindahan air terjun yang alirannya terlihat seperti bentangan kain yang menjuntai dari puncak hingga ke dasar air terjun begitu memikat. Selain Air Terjun Bidadari, ada satu lagi tujuan wisata yang sejak dulu ingin aku datangi, yaitu Taman Safari di Cisarua. Waktu SD aku pernah ke Taman Safari, tetapi yang berlokasi di Prigen, Pasuruan. Pasti seru kalau bisa menikmati lagi sensasi masuk ke area satwa liar dan melihat mereka dari dekat, hanya berbatas kaca kendaraan.
Liburan selama lebih dari satu hari di Bogor tentu lebih nyaman bila menyewa penginapan daripada tidur di kendaraan. Apalagi jika untuk sampai ke Bogor harus menempuh perjalanan jauh yang melelahkan. Kalau soal penginapan, Hotel Padjadjaran dapat menjadi satu pilihan bila ingin mencari tempat menginap yang nyaman saat piknik ke Kota Bogor. Lastly, enjoy your picnic to the fullest.
Ceritanya seru. Terimakasih sudah berpartisipasi dalam lomba. Maaf, pengumuman ditunda tgl 20 Oktober 2015. Goodluck.